Langsung ke konten utama

URGENSI DAN IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH FORMAL ( Kongkow Pendidikan edisi - 1 )


URGENSI DAN IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER
Oleh Dr. Nur ‘Azah, M.Pd.I

( Hasil Kongkow Pendidikan Edisi - 1 dirangkum oleh Ahmad Kamal Murod )

Dewasa ini persoalan karakter telah menjadi sangat penting bagi keberlangsungan sebuah bangsa atau negara sebab maju atau mundurnya suatu bangsa dapat dipengaruhi oleh kualitas sumber daya manusia yang dimiliki
Mengutip dari  pernyataan Theodore Rosevelt “Mendidik seseorang hanya karena pikirannya saja dan tidak pada moralnya sama artinya dengan mendidik seseorang yang berpotensi menjadi ancaman bagi masyarakat”. Berbicara tentang pendidikan sendiri menurut berbagai literatur yang  penulis temukan  menunjukkan sebuah definisi bahwa pendidikan adalah sebuah proses yang kontinu dalam membentukan manusia yang seutuhnya (insan kamil) pendidikan juga sejatinya memiliki tujuan utama agar manusia dapat mengembangkan kemampuan serta potensi dalam dirinya untuk nantinya dibawa kedalam kehidupannya sehari-hari dalam bermasyarakat dan berbangsa.
Ada dua faktor yang menjadi sebab rendahnya perkembangan atau pembentukan karakter
1.sistem pendidikan yang kurang mendukung  pendidikan karakter  karena lebih mementingkan  pendidikan intelektual.
Dalam hal ini sekolah sebagai lembaga formal dan di percaya dalam proses pendidikan itu sendiri seharusnya tidak saja mengutamakan bagaimana menciptakan lulusan cerdas tapi juga perlu mengimbanginya dengan menanamkan nilai-nilai moral dalam berbagai mata pelajaran, aturan bahkan pembiasaan-pembiasan baik bagi peserta didik.
2. kondisi lingkungan yang kurang mendukung pembentukan karakter yang baik.
Perlu dipahami bahwa tanggung jawab utama pendidikan karakter tidak saja di emban oleh sekolah tapi orang tua serta lingkungan lah yang paling bertanggung jawab atas berhasil atay tidaknya pendidikan karakter.
Dalam al-qur'an sendiri perihal tanggung jawab ini telah di sampaikan pada surat at tahrim: 6 yang berbunyi :  
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ 

 artinya : " Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan ".
Dari ayat di atas dapat kita simpulkan bahwa pendidikan karakter tidak boleh di bebankan pada sekolah saja tapi juga orang tua serta lingkungan memiliki andil besar dalam keberhasilan pendidikan karakter dengan senantiasa mengintegrasi dan mengingat hal keasikan nilai moral yang baik dalam selalu mengedepankan perilaku beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cerdas, kreatif, mandiri, menjadi warga negara yang baik serta bertanggung jawa sejak usia dini

dan apabila ketiga pihak tadi saling mendukung dalam pembentukan karakter bangsa mungkin dapat dipastikan persoalan karakter yang terjadi di masyarakat kita saat ini seperti Tawuran antar pelajar, perilaku seks bebas, penyalahgunaan narkoba dll dapat di tuntaskan dan menciptakan manusia-manusia yang berkarakter kuat.


Thank's dan selamat membaca... heuheu



 
kongkow edisi-1

saat kongkow berlangsung, 

foto bersama sehabis kongko

Komentar

Postingan populer dari blog ini

"MEMAHAMI KI HAJAR DEWANTARA SEUTUHNYA" ( kongkow pendidikan edisi ke-2 )

MEMAHAMI KI HAJAR DEWANTARA SEUTUHNYA ( Rangkuman hasil kongkow edisi-2 ) Oleh Dikma Prasetyo Tokoh RM Soewardi Soerjaningrat yang kemudian dikenal sebagai Ki Hadjar Dewantara merupakan tokoh pendidikan yang sangat fenomenal. Walaupun predikat dokter tidak dapat diraihnya, akan tetapi tokoh ini justru berkembang dalam bidang jurnalistik. Kiprahnya di bidang politik diwujudkan dalam tulisan-tulisan yang dimuat di koran dan majalah baik terbitan Hindia Belanda maupun negeri Belanda.  Sebagai tokoh yang mahir dalam menulis, ia memiliki pengalaman yang unik karena ia ditahan bahkan dibuang akibat dari tulisan yang dihasilkannya. Selama masa pembuangan, ia pun tetap menulis bahkan sering tenaganya dipinjam untuk menulis di koran/mingguan Belanda. Profesi sebagai jurnalis dan politikus ditinggalkan setelah kembali dari pengasingan. Ki Hadjar Dewantara akhirnya berkecimpung di bidang pendidikan setelah ia mendirikan lembaga pendidikan yang diberi nama Pergerakan Pendidik

SEBENTAR

SEBENTAR   Oleh: Muhammad Mulawazun Nuha Sebentar lagi pagi, Pagi berlalu, sebentar lagi siang, Siang meredup, sebentar lagi sore, Sore tenggelam, petang ! sebentar lagi malam, Malam terkantuk-kantuk, mati ! Jombang, 30/03/19

Bingung

BINGUNG Oleh : wawan mashuri Kulihat seorang penulis buku dikala itu, Sedang menari-narikan sebuah pena dimedan kertas putih yang terukir banyak coretan – coretan yang mengandung sebuah artikel makna terserndiri, Tak sengaja aku membaca tulisannya yang penuh coretan itu, Disitulah menceritakan perjalanan seorang pemuda yang menyusuri lorong gang diseberang jalan, Hembusan angin yang seolah-olah mengajak pemuda itu untuk menyusuri lorong tersebut, Mungkin, angin ini mengandung arti yang mengajak aku ke suatu titik tertentu dimana ada sebuah kebahagian, “kata hati seorang pemuda itu”, Tanpa pikir panjang, pemuda itu menerima ajakan sebuah hembusan angin tadi,   Disitulah pemuda itu tercengang melihat sekumpulan orang-orang yang disinari sebuah cahaya dari gemerlapnya bintang, Hati ini mulai bingung, arti semua itu,”kebingungan wajah seorang pemuda”, Dari kebingungan itu, si pemuda itu duduk sambil melihat – lihat ke atas dan mulai m